Jumat, 02 April 2010

ILMU PELAYARAN DATAR 2

ILMU PELAYARAN DATAR 2

Posisi duga

Pada zaman dahulu kala, ketika para pelaut dengan gagah beraninya mengarungi samudera yang luas dan hanya berbekal pengetahuan ala kadarnya, maka mereka mengembangkan perhitungan untuk mengetahui posisi duga sebagai suatu usaha agar kapalnya tetap pada posisi lintasannya.
Perhitungan atau penentuan posisi duga dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Dead Reckoning yang disingkat DR.
Istilah posisi duga diperoleh sebagai suatu kesimpulan atas perhitungan duga, prosesnya adalah dengan menghitung secara ilmu ukur sudut atas kecepatan dan haluannya mulai dari tempat tolak kapal.
Meskipun pada era yang sudah moderen seperti saat ini, namun istilah posisi duga masih tetap digunakan. Perhitungan posisi duga merupakan pengetahuan yang sangat mendasar dalam menavigasi kapal.
Perhitungan posisi duga adalah suatu proses untuk menentukan posisi kapal dengan menggunakan posisi terakhir yang telah ditentukan dengan baik/pasti. Hal ini dimulai dengan mengacu haluan sejati kapal, menghitung jarak yang telah ditempuh (dan hubungannya dengan putaran motor/mesin induk) atau perhitungan atas pengukuran kecepatan dan haluan sejati kapal tanpa memperhitungkan pengaruh arus; dengan memproyeksikan haluan dan kecepatan kapal berikutnya dari posisi terakhir maka maka posisi kapal berikutnya dapat diperhitungkan.
Penentuan posisi duga merupakan suatu proses yang umum dikerjakan di sebuah kapal guna mengetahui perkembangan pelayarannya. Penentuan posisi duga juga dilaksanakan dalam upaya mengembangkan rencana atau memproyeksikan rencana untuk arah pelayaran berikutnya.
Unsur penting atau kunci dalam perhitungan posisi duga dapat disimpulkan sebagai berikut :
Hanya haluan sejati kapal yang diperhitungkan.
Jarak tempuh (jauh) yang diperhitungkan adalah yang sesuai dengan kecepatan putaran mesin induk kapal selama pelayaran berlangsung.
Penentuan posisi duga selalu dimulai dari posisi kapal yang terakhir (posisi pastinya atau fixed position).
Pengaruh arus tidak diperhitungkan.
Di tengah laut tidak selalu kita dapat menetapkan secara pasti posisi kapal,hal ini mungkin disebabkan karena faktor cuaca, peralatan yang berfungsi kurang baik dan lain sebagainya. Pada kondisi seperti itu, seorang navigator harus mengandalkan perhitungan posisi duganya untuk menunjukkan keberadaan kapalnya saat itu.
Penentuan posisi duga juga harus dilakukan pada keadaan yang ekstrim seperti di perairan yang dangkal atau pada daerah berbahaya lainnya. Jika kapal berlayar dengan haluan serta kecepatan sesuai dengan yang telah diperhitungkan dimana pengaruh angin dan atau arus diabaikan, maka setiap waktu penentuan posisi duga akan menunjukkan posisi yang akurat.
Sekalipun kondisi seperti itu sangat jarang terjadi, suatu penentuan posisi duga hanyalah sebuah perkiraan dari posisi sejati kapal, karenanya usaha untuk memelihara secara tetap dan akurat atas perhitungan posisi duga jelas harus tetap dilakukan.
Seorang navigator harus tahu posisi kapalnya, atau perkiraan posisinya untuk menunjukkan/menentukan kapan ia harus merubah haluan sampai ditemukannya alat bantu navigasi lain untuk mengenal tanda-tanda adanya daratan.
Penentuan posisi duga biasanya dikerjakan di atas peta laut yang sesuai dengan daerah dimana kapal sedang berlayar. Hasil penentuan posisi duga tadi memungkinkan sang navigator untuk menggambarkan atau mevisualisasikan posisi kapalnya terhadap daratan atau bahaya-bahaya navigasi lain.

ILMU PELAYARAN DATAR 1

"ILMU PELAYARAN DATAR 1"

Penandaan posisi duga

Aturan-aturan penting dalam hal penandaan posisi duga adalah sebagai berikut :
Segera sesudah melukis garis haluan atau menentukan posisi, harus diberi tanda.
Tulisan tidak boleh menutupi garis, tanda-tanda untuk menunjukkan posisi pasti dan posisi yang sedang dijalani harus ditulis mendatar.
Tanda-tanda yang menunjukkan arah dan kecepatan sepanjang garis haluan, harus ditulis searah dengan garisnya.
Garis haluan diberi simbol C (Coarse = haluan) dengan 3 digit/angka yang menandakan derajat haluan sejati, ditempatkan di atas garis haluan.
Tanda yang menyatakan kecepatan rata-rata sepanjang garis haluan adalah S (Speed = kecepatan) diikuti dengan angka berapa kecepatan yang ditunjukkannya, umumnya dalam knot (mil per jam). Tanda ini ditulis dibawah dari garis haluan, biasanya persis di bawah tanda haluan.
Jika posisi duga dilukis sebagai suatu pengembangan perencanaan menurut gerakan kapal dimana jaraknya telah diketahui, kecepatan kapalsebelum berangkat juga telah diketahui, jika ingin memberi tanda posisiduga menurut jaraknya maka tulislah dengan simbol D (Departure =keberangkatan) diikuti dengan jarak dalam mil, ditempatkan di bawahgaris haluan.
Semua tanda harus ditulis dengan jelas dan rapih.
Simbol untuk posisi fix (pasti) adalah sebuah titik yang berada di dalam lingkaran kecil (contoh penulisan : ȧ), waktu ditulis secara mendatar di dekatnya (jika posisi berada pada pertemuan dua garis baringan yang berbeda maka penulisan titik dapat diabaikan).
Simbol untuk Running fix, disingkat R Fix (posisi yang sedang dilayari) adalah sama dengan simbol Fix (posisi pasti) tetapi huruf R Fix diikuti dengan menulis waktunya. Sedangkan simbol untuk posisi duga adalah setengah lingkaran kecil mengelilingi titik kecil pada segmen garis haluan, waktu ditulis dekat dengan sudutnya secara mendatar. Titik pada posisi fix, running fix, sebaiknya kecil saja dan rapih.

Sebagai tambahan atas simbol dan penandaan, ada 6 aturan dasar yang akan menuntun seorang navigator tetang kapan penentuan posisi duga dan pembuatan garis haluan dilakukan, yaitu :
Penentuan posisi duga harus dibuatkan jelas kapan waktu dilaksanakannya dalam setiap jam.
Penentuan posisi duga harus dibuat setiap perubahan haluan dilakukan.
Penentuan posisi duga harus dibuat ketika perubahan kecepatan kapal dilakukan.
Penentuan posisi duga harus dibuatkan jelas kapan waktu ditetapkannya posisi pasti atau “running fix”.
Penentuan posisi duga harus dibuatkan jelas kapan waktunya ketika hanya diperoleh satu garis baringan.
Suatu garis haluan yang baru harus dibuat dari posisi yang pasti atau “running fix” segera setelah diketahui pasti kedudukannya di peta.

PRINSIP DAN METODOLOGI PENELITIHAN

Prinsip Metodologi Penelitian Ilmiah


Mengingatkan saya sewaktu pertama kali mendapat tugas untuk mengerjakan proposal pada mata kuliah Metodologi Penelitian. Karena banyak hal (misal bolos kuliah), akhirnya sewaktu bertemu bagian metodologi, saya hanya bisa bingung, “Apa yang harus saya isi pada bagian ini? Apa bisa ‘mengarang indah’?”

Akhirnya saya sedikit mengerti tentang metodologi: (mudahnya kurang lebih begini)



Jika seorang berbicara tentang cara seorang peneliti melakukan percobaan lapangan, dimana dalam menentukan plot di lapangan, ia pertama-tama membagi daerah dalam 4 (empat) buah blok. Kemudian blok-blok tersebut dibagi 4 (empat). Diteruskan dengan memberikan perlakuan pada masing-masing blok tersebut, dan seterusnya. Maka yang dibicarakan di sini adalah Prosedur Penelitian. Jika kita membicarakan bagaimana secara berurut suatu penelitian dilakukan yaitu dengan alat apa dan prosedur bagaimana suatu penelitian dilakukan, maka yang dibicarakan adalah Metode Penelitian.


Berikut ini saya kutipkan beberapa prinsip metodologi dari Titin Supenti dalam Sukses Membuat Proposal .



Prinsip Metodologi

Metodologi merupakan bagian epistemologi yang mengkaji perihal urutan langkah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri Ilmiah. Metodologi juga dapat dipandang sebagai bagian dari logika yang mengkaji kaidah penalaran yang tepat. Jika kita membicarakan metodologi maka hal yang tak kalah pentingnya adalah asumsi-asumsi yang melatarbelakangi berbagai metode yang dipergunakan dalam aktivitas ilmiah. Asumsi-asumsi yang dimaksud adalah pendirian atau sikap yang akan dikembangkan para ilmuwan maupun peneliti di dalam kegiatan ilmiah mereka.

Beberapa prinsip metodologi oleh beberapa ahli, diantaranya:



A. Rene Descartes

Dalam karyanya Discourse On Methoda, dikemukakan 6 (enam ) prinsip metodologi yaitu:
Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali dengan menyebutkan akal sehat (common sense) yang pada umumnya dimiliki oleh semua orang. Akal sehat menurut Descartes ada yang kurang, adapula yang lebih banyak memilikinya, namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah.
Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah maupun penelitian. Descartes mengajukan 4 (empat) langkah atau aturan yang dapat mendukung metode yang dimaksud yaitu: (1) Jangan pernah menerima baik apa saja sebagai yang benar, jika anda tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya. Artinya, dengan cermat hindari kesimpulan-kesimpulan dan pra konsepsi yang terburu-buru dan jangan memasukkan apapun ke dalam pertimbangan anda lebih dari pada yang terpapar dengan begitu jelas sehingga tidak perlu diragukan lagi, (2) Pecahkanlah setiap kesulitan anda menjadi sebanyak mungkin bagian dan sebanyak yang dapat dilakukan untuk mempermudah penyelesaiannya secara lebih baik.(3) Arahkan pemikiran anda secara jernih dan tertib, mulai dari objek yang paling sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi sedikit, setahap demi setahap ke pengetahuan yang paling kompleks, dan dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan diantara objek yang sebelum itu tidak mempunyai ketertiban baru. (4) Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin, dan adakan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga anda dapat merasa pasti tidak suatu pun yang ketinggalan. (5)Langkah yang digambarkan Descartes ini menggambarkan suatu sikap skeptis metodis dalam memperoleh kebenaran yang pasti.
Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan metode sebagai berikut: (1) Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri, sambil berpegang pada agama yang diajarkan sejak masa kanak-kanak. (2) Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling meyakinkan maupun yang paling meragukan. (3) Berusaha lebih mengubah diri sendiri dari pada merombak tatanan dunia.
Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acap kali terkecoh oleh indera. Kita memang dapat membayangkan diri kita tidak berubah namun kita tidak dapat membayangkan diri kita tidak bereksistensi, karena terbukti kita dapat menyangsikan kebenaran pendapat lain. Oleh karena itu, kita dapat saja meragukan segala sesuatu, namun kita tidak mungkin meragukan kita sendiri yang sedang dalam keadaan ragu-ragu.
Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia yang terdiri atas dua substansi yaitu RESCOGITANS (jiwa bernalar) dan RES-EXTENSA (jasmani yang meluas). Tubuh (Res-Extensa) diibaratkan dengan mesin yang tentunya karena ciptaan Tuhan, maka tertata lebih baik. Atas ketergantungan antara dua kodrat ialah jiwa bernalar dan kodrat jasmani. Jiwa secara kodrat tidak mungkin mati bersama dengan tubuh. Jiwa manusia itu abadi.


B. Alfred Julesayer

Dalam karyanya yang berjudul Language, Truth and Logic yang terkait dengan prinsip metodologi adalah prinsip verifikasi. Terdapat dua jenis verifikasi yaitu:
Verifikasi dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana kebenaran suatu proposisi (duga-dugaan) itu mendukung pengalaman secara meyakinkan.
Verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika telah membuka kemungkinan untuk menerima pernyataan dalam bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa depan sebagai pernyataan yang mengandung makna.
Ayer menampik kekuatiran metafisika dalam dunia ilmiah, karena pernyataan-pernyataan metafisika (termasuk etika theologi) merupakan pernyataan yang MEANING LESS (tidak bermakna) lantaran tidak dapat dilakukan verifikasi apapun



C. Karl Raimund Popper

K.R. Popper seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam prinsip verifikasi berupa sifat pembenaran (justification) terhadap teori yang telah ada. K.R. Popper mengajukan prinsip verifikasi sebagai berikut:
Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan dapat dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi. Teori-teori ilmiah selalu bersifat hipotetis (dugaan sementara), tak ada kebenaran terakhir.
Setiap teori selalu terbuka untuk digantikan oleh teori lain yang lebih tepat.
Cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari pengamatan (observasi) secara teliti gejala (simpton) yang sedang diselidiki. Pengamatan yang berulang -ulang itu akan memperlihatkan adanya ciri-ciri umum yang dirumuskan menjadi hipotesa. Selanjutnya hipotesa itu dikukuhkan dengan cara menemukan bukti-bukti empiris yang dapat mendukungnya. Hipotesa yang berhasil dibenarkan (justifikasi) akan berubah menjadi hukum.
K.R. Popper menolak cara kerja di atas, terutama pada asas verifiabilitas, bahwa sebuah pernyataan itu dapat dibenarkan berdasarkan bukti-bukti verifikasi pengamatan empiris.
K.R Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip FALSIFA BILITAS, yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya. Maksudnya sebuah hipotesa, hukum, ataukah teori kebenarannya bersifat sementara, sejauh belum ada ditemukan kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya. Misalnya, jika ada pernyataan bahwa semua angsa berbulu putih melalui prinsip falsifiabilitas itu cukup ditemukan seekor angsa yang bukan berbulu putih (entah hitam, kuning, hijau, dan lain-lain), maka runtuhlah pernyataan tersebut. Namun apabila suatu hipotesa dapat bertahan melawan segala usaha penyangkalan, maka hipotesa tersebut semakin diperkokoh (CORROBORATION)

Minggu, 21 Maret 2010

STABILITAS KAPAL

STABILITAS KAPAL
Stabilitas kapal adalah kesetimbangan kapal pada saat diapungkan, tidak miring kekiri atau kekanan, demikian pula pada saat berlayar, pada saat kapal diolengkan oleh ombak atau angin, kapal dapat tegak kembali.
Salah satu penyebab kecelakaan kapal di laut ,baik yang terjadi di laut lepas maupun ketika di pelabuhan, adalah peranan dari para awak kapal yang tidak memperhatikan perhitungan stabilitas kapalnya sehingga dapat mengganggu kesetimbangan secara umum yang akibatnya dapat menbyebabkan kecelakaan fatal seperti kapal tidak dapat dikendalaikan, kehilangan kesetimbangan dan bahkan tenggelam yang pada akhirnya dapat merugikan harta benda, kapal, nyawa manusia bahkan dirinya sendiri. Sedemikian pentingnya pengetahuan menghitung stabilitas kapal untuk keselamatan pelayaran, maka setiap awak kapal yang bersangkutan bahkan calon awak kapal harus dibekali dengan seperangkat pengetahuan dan keterampilan dalam menjaga kondisi stabilitas kapalnya sehingga keselamatan dan kenyamanan pelayaran dapat dicapai.

Diagram stabilitas kapal, pusat gravitasi (G), pusat daya apung (B), dan Metacenter (M) pada posisi kapal tegak dan miring. Sebagai catatan G pada posisi tetap sementara B dan M berpindah kalau kapal miring.
Ada tiga titik yang penting dalam stabilitas kapal yaitu
G adalah titik pusat gravitasi kapal
B adalah titik pusat apung kapal
M adalah metacenter kapal

A bilge keel
Ada beberapa perangkat yang digunakan untuk meningkatkan stabilitas kapal yaitu:
Sirip lambung
Sirip lunas atau disebut juga sebagai Bilge keel berfungsi untuk meningkatkan friksi melintang kapal sehingga lebih sulit untuk terbalik. Biasanya digunakan pada kapal dengan bentuk lambung V.
Tangki penyeimbang
Merupakan tangki yang berfungsi menstabilkan posisi kapal dengan mengalirkan air balast dari kiri ke kanan kalau kapal miring kekiri dan sebalikanya kalau miring kekanan.
Sirip stabiliser
Sirip stabiliser merupakan sirip di lunas kapal yang dapat menyesuaikan posisinya pada saat kapal oleng

Kamis, 11 Maret 2010

PENANGANAN DAN PENGATURAN MUATAN

penanganan dan pengaturan muatan

angkutan laut masih diperlukan dan lebih menguntungkan dibandingkan angkutan lain alasanya:
1. Diangkut dalam jumlah banyak
2. Lebih ekonomis
3. Jangkauan lebih luas
4. Door to door service

Tiga kelompok yang berperan dalam angkutan laut :
1. shipper (pengirim)
2. Carrier (pengangkut)
3. consignue (penerima)

Carrier
Tanggung jawab carrier:
1. Nasional
Diatur dalam KUHD buku II
2. Internasional
Diatur dalam Hughes Rule dengan beberapa perubahannya

Jumat, 05 Maret 2010

TRANSPORTASI LAUT

TRANSPORTASI LAUT
transportasi merupakan system yang utuh,terdiri dari berbagai sub system yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.sub system ini meliputi jaringan pelayanan,infrastriktur dan fasilitas penunjang,sarana atau kendaraan/armada,peraturan dan pengaturan,operasional serta manusia sebagai pelaku maupun yang menikmati manfaat.sub system yang saling mempengaruhi satu sama laindidalam satu aturan tertentu sehingga tidak mungkin berjalan sendiri-sendiri hakekat keterpaduan inilah yang dapat menciptakan efekti dan efisiensi dalam bentuk kegunaan waktu kegunaan tempat dan kegunaan wujud.dengan demikian transportasi yang merupakan sarana strategis dalam berbagai perspektif akan tercemin pada semakin lancarnya mobilitas baik orang maupun barang.transportasi juga berperan sebagai penunjang pendorong serta penggerak bagi pertumbuhan wilayah potensial tetapi belum berkembang